Pertanian
itu sendiri bagi bangsa Indonesia memiliki peranan yang sangat besar bagi
kelangsungan hidup masyarakat pada khususnya.Karena kita lihat saja Indonesia merupakan
negara agraris dimana sector yang paling mendukung untuk dikembangkan adalah
sektor pertaniannya.Apalagi negara Indonesia masih masuk dalam jajaran negara
berkembang yang mana kebanyakan negara berkembang,sektor yang paling diminati
untuk dijadikan mata pencaharian adalah sektor pertanian.
Tetapi kenyataannya
berbanding terbalik dengan harapan yang sudah diimpi-impikan selama ini,karena
dari pertanian hanya memberikan distribusi sekitar 14% saja untuk sektor
perekonomian di Indonesia.Hal ini sangat disesalkan sekali karena dapat kita
lihat Indonesia merupakan negara agraris yang mana negara agraris adalah negara
yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian.Lalu
mengapa sektor pertanian di Indonesia hanya memberikan kontribusi sebesar 14%
saja untuk perekonomian Indonesia?
Hal
ini yang masih menjadikan pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk lebih
melihat,dan mencari solusi yang tepat agar sektor pertanian kita menjadi lebih
maju lagi dan dapat memiliki andil yang besar dalam sector perekonomian
Indonesia.Pertanian adalah salah satu sektor dimana didalamnya terdapat
penggunaan sumberdaya hayati untuk memproduksi suatu bahan pangan,bahan baku
industri dan sumber energi. Bagian terbesar penduduk dunia adalah bermata
pencaharian dalam bidang – bidang pertanian dan pertanian juga mencakup
berbagai bidang,tetapi pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia.
Amerika
Serikat pada awal 1900-an 40 persen masyarakatnya bekerja di sektor pertanian,
namun pada 1940-an jumlahnya menurun hingga 2,5 persen dan saat ini tinggal dua
persen.Begitupula di Perancis lanjut Pengamat Pasar Modal tersebut, angkatan kerja
di sektor pertanian hanya dua persen. Sejarah Indonesia sejak masa
kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan
perkebunan, karena sektor – sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam
menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di
berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang
pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk
meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Seiring
dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai
permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam
meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian
di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat
dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan
lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat
juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis
semakin berkurang.
Selain
berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per
hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah
karena pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk
dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis
yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El
Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan air
yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.
Kelompok
ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya.Inti
dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena
pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung,
seperti ilmu tanah, meteorologi, permesinan
pertanian, biokimia, dan statistika, juga dipelajari dalam pertanian.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan
dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan
benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan
dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua
aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka
ia melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang
dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan
yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai
intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian
intensif, keduanya sering kali disamakan.
Sektor
pertanian mengkontribusikan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
nasional dalam 4 bentuk yaitu:
a.Kontribusi
Produk, Penyediaan makanan untuk penduduk, penyediaan bahan baku untuk industri
manufaktur seperti industri: tekstil, barang dari kulit, makanan dan minuman.
b. Kontribusi
Pasar, Pembentukan pasar domestik untuk barang industri dan konsumsi.
c.Kontribusi
Faktor Produksi, Penurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka
terjadi transfer surplus modal dan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor
lain.
d.Kontribusi
Devisa, Pertanian sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI)
melalui ekspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk
impor.
Indonesia
secara ekonomi masih sangat relevan jika bergantung pada sektor pertanian dan
perkebunan. Sektor pertanian dan perkebunan kini banyak dilirik
perusahaan-perusahaan karena menjanjikan. Perusahaan-perusahan besar dan telah
sukses dengan berbasis pertanian bermunculan di dunia, misalnya Pioneer Hybrid,
Monsanto, Unilever, Pizza Hut, dan sebagainya.Apabila kita bisa meningkatkan
produktivitas pertanian, maka tidak perlu impor karena di dalam negeri sudah
terpenuhi. Peningkatan peran kelembagaan juga sangat diperlukan untuk mencapai
kejayaan agribisnis. Pada tahun 2005, pertanian menyumbangkan produk domestik
bruto (PDB) sekitar 13,41%. Sedangkan total tenaga kerja yang diserap melalui
pertanian sekitar 46,7 juta jiwa.
Produk
perkebunan seperti gula dan minyak goreng mempunyai peran penting dalam
memelihara ketahanan pangan, karena ketahanan pangan merupakan syarat penting
bagi ketahanan nasional. Penyediaan lapangan kerja pada sektor perkebunan
mempunyai kontribusi yang signifikan. Sektor perkebunan mempunyai wilayah
strategis dalam pengembangan wilayah di pedesaan, marginal, dan terpencil.
Hingga tahun 2003, tenaga kerja yang terserap mencapai sekitar 17 juta jiwa.
Selama
periode 2000-2003, laju pertumbuhan sektor perkebunan selalu diatas laju
pertumbuhan ekonomi secara nasional. Misalnya pada tahun 2001, laju pertumbuhan
ekonomi secara nasional sekitar 3,4% dan sektor perkebunan tumbuh dengan laju
sekitar 5,6%. Dapat diketahui bahwa perkebunan dapat menjadi andalan dalam
perekonomian bangsa kita. Selain itu, sektor ini mempunyai nilai penting dalam
penciptaan nilai tambah pada PDB. PDB perkebunan terus meningkat dari sekitar
Rp 33,7 triliun pada tahun 2000 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun
2003, atau meningkat dengan laju sekitar 11,7% per tahun. Dari ekspornya,
sektor perkebunan turut menyumbang devisa. Lebih dari 50% dari total produksi
adalah untuk ekspor.
Dengan
faktor ekonomi diatas pembangunan bisa berfokus pada pertanian dan perkebunan
dengan memanfaatkan serta mengelola sumber daya alam di Indonesia. Keberpihakan
pemerintah sangat diperlukan dalam mendukung sektor ini. Penyediaan insentif
dari pemerintah bagi dunia usaha dibutuhkan untuk menghidupkan produsen dan
pasar domestik.
Sedangkan
kontribusi geografi itu sendiri dalam perekonomian berbasis pertanian sebagai penghasil komoditas pertanian akan mengalami pergeseran
dari pulau Jawa dan Sumatra ke daerah lain seperti kebutuhan pangan yang
membutuhkan peningkatan luas lahan pertanian (sekitar 200 ribu hektar/tahun)
akan mengarah ke daerah lahan kering, lahan rawa, Papua dan daerah-daerah baru.
Pergeseran wilayah pertanian ke
daerah-daerah baru, akan menimbulkan masalah yang pekik antara lain : pertama,
siapa yang mau mengelola jika pertanian ditempatkan pada kawasan-kawasan
marjinal. Kedua, kekhawatiran akan kesulitan memperoleh peralatan pertanian dan
terutama pupuk yang mayoritas produsennya berada di Pulau Jawa dan Sumatra.
Ketiga, Permasalahan biaya transportasi, harga produk pertanian akan melambung
tinggi mengingat keberadaan konsumen mayoritas (60%) berdomisili di Pulau Jawa.
Jika dilihat secara geologis, Pulau
Sumatra, Jawa dan Bali adalah Pulau yang ideal untuk pengembangan pertanian.
Tanah yang terpengaruh langsung vulkanisme akan mempengaruhi kesuburan tanah.
Idealnya, pertanian akan baik jika dilokasikan di kawasan yang berbatuan dasar
aluvial, datar dan cukup air. Penempatan di luar Pulau Sumatra, Jawa dan Bali
dimungkinkan akan membentuk sektor pertanian yang lemah dan menghasilkan produk
pertanian yang buruk. Selain itu, daerah rawa dan lahan kering adalah
wilayah-wilayah yang sumber daya lahannya lemah terhadap pengembangan
pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar