BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kabupaten
Rembang terletak di ujung timur laut Propinsi Jawa Tengah dan dilalui jalan
Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura), terletak pada garis koordinat 111000' -
111030' Bujur Timur dan 6030' - 706' Lintang Selatan. Laut Jawa terletak
disebelah utaranya, secara umum kondisi tanahnya berdataran rendah dengan
ketinggian wilayah maksimum kurang lebih 70 meter di atas permukaan air laut.
Adapun batas- batasnya antara lain: Sebelah Utara : Laut Jawa , Sebelah
Timur : Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur , Sebelah Selatan : Kabupaten Blora , Sebelah Barat : Kabupaten Pati.
Kabupaten
Rembang berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Timur, sehingga menjadi
gerbang sebelah timur Provinsi Jawa Tengah. Daerah perbatasan dengan Jawa Timur
(seperti di Kecamatan Sarang, memiliki kode telepon yang sama dengan
Tuban (Jawa Timur).Bagian selatan wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah
perbukitan, bagian dari Pegunungan Kapur Utara, dengan puncaknya
Gunung Butak (679 meter). Sebagian wilayah utara, terdapat perbukitan dengan
puncaknya Gunung Lasem (ketinggian 806 meter). Kawasan
tersebut kini dilindungi dalam Cagar Alam Gunung Celering.
Perubahan
adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi
bukan saja berhubungan dengan lingkungan fisik, tetapi juga dengan budaya
manusia. Hubungan erat antara manusia dan lingkungan kehidupan fisiknya itulah
yang melahirkan budaya manusia. Budaya lahir karena kemampuan manusia
mensiasati lingkungan hidupnya agar tetap layak untuk ditinggali waktu demi
waktu. Kebudayaan dipandang sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau
kelompok orang yang selalu mengubah alam. Kebudayaan merupakan usaha manusia,
perjuangan setiap orang atau kelompok dalam menentukan hari depannya.
Kebudayaan merupakan aktivitas yang dapat diarahkan dan direncanakan. Oleh
sebab itu dituntut adanya kemampuan, kreativitas, dan penemuan-penemuan baru.
Manusia tidak hanya membiarkan diri dalam kehidupan lama melainkan dituntut
mencari jalan baru dalam mencapai kehidupan yang lebih manusiawi. Dasar dan
arah yang dituju dalam perencanaan kebudayaan adalah manusia sendiri sehingga
humanisasi menjadi kerangka dasar dalam strategi kebudayaan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
saja kearifan lokal di Kabupaten Rembang yang berhubungan dengan kebudayaan
didaerah tersebut?
2. Bagaimana
cara masyarakat mempertahankan kearifan lokal tersebut?
C. Tujuan
1. Agar
kita mengetahui bentuk kearifan local di Kabupaten Rembang
2. Agar
kita bisa belajar dari masyarakat daerah tersebut tentang arti pentingnya
menjaga lingkungan (dalam hal ini berhubungan dengan budaya)
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri dari 2 kata yaitu
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan wisdom sama
dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom dapat dipahami sebagai
gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (local) yang
bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti
oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local
genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh
Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local
genius ini (Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa
local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa
yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing
sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Sementara
Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya
daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk
bertahan sampai sekarang.
Masalah
lingkungan menjadi masalah yang global. Dampaknya dapat dirasakan oleh seluruh
penduduk bumi dengan adanya gejala-gejala alam yang menunjukkan
ketidakwajarannya.Ketika disadari bahwa lingkungan mendapatkan ancaman serius,
ternyata adanya kearifan lokal justru lebih dahulu berperan dalam menjaga
kelestarian lingkungan sebelum gerakan-gerakan peduli lingkungan bermunculan.
Bahkan dalam hal tertentu kearifan lokal lebih berperan dalam menjaga ekosistem
dari pada hukum yang ditetapkan dalam mengatur pola masyarakat. Adanya mitos,
ritual, dan pitutur luhur yang erat kaitannya dengan alam mampu
mengatur masyarakat sedemikian rupa dalam hubungannya dengan lingkungan
sekitar. Namun keberadaan kearifan lokal tersebut terancam oleh nilai-nilai
asing yang turut masuk lewat globalisasi.
Ritual
merupakan bagian dari kepercayaan. Di masyarakat jawa terdapat ritual yang berhubungan
langsung dengan alam. Melihat dari keberadaan mitos yang telah dijelaskan di
atas, para penunggu Pulau Jawa yaitu roh-roh halus menempati gunung, hutan, dan
lautan sebagai tempat tinggal mereka. Ritual diadakan oleh masyarakat jawa
sebagai bentuk penghormatan kepada roh-roh sebagai penunggu gunung, hutan, dan
laut. Bentuk dari ritual tersebut sangat beragam. Mulai dari penghormatan agar
roh-roh tersebut tidak menggangu masyarakat, sampai pada penghormatan sebagai
bentuk rasa syukur karena telah melimpahkan rejeki.Ritual-ritual yang dilakukan
masyarakat jawa tidak lepas dari pandangan masyarakat terhadap alam. Dalam
upacara selamatan yang meminta keberkahan terhadap roh-roh penunggu, lelembut,
jin, dan sebagainya yang menunggu tempat tertentu. Menurut kepercayaan
keberadaan makhluk halus tersebut dapat mendatangkan keberkahan dan
keselamatan. Namun jika manusia merusak tempat tinggal mereka, maka akan
terjadi malapetaka.
Seperti
halnya di Kabupaten Rembang,terdapat berbagai macam ritual atau biasanya di
daerah ini disebut dengan sedekah laut maupun sedekah bumi.
Istilah sedekah
bumi dan sedekah laut sudah Iama dikenal bangsa kita jauh sebelum kita mencapai
kemerdekaan dengan mendirikan Negara Republik Indonesia. Kedua istilah itu
merupakan perpaduan, sintesis, atau sinkretisme antara kepercayaan lama dengan
kepercayaan baru.
Sebelum agama
Islam masuk ke Tanah Air -waktu itu belum muncul nama Indonesia- sebagian
penduduk berpegang pada kepercayaan lama, yang dalam istilah Ilmu Agama (Science
of Religion ) disebut animisme, dinamisme, fetisisme, dan politeisme.
Sebagian yang lain memeluk agama Hindu dan Buddha. Mereka mempercayai adanya
kekuatan supernatural yang mengusai alam semesta, berupa dewa-dewa. Di
antaranya ada dewa yang mengusai lautan (Varuna), dan menguasai bumi (Pertiwi
). Sebagai ungkapan rasa syukur dan pemujaan kepada dewa-dewa tersebut, mereka
mengadakan upacara-upacara (ritual ), dengan membaca mantra-mantra dan
mempersembahkan sesaji. Tujuannya agar para dewa memelihara keselamatan penduduk,
menjauhkan mereka dari mala-petaka, dan melimpahkan kesejahteraan, berupa
meningkatnya jumlah ikan di laut dan hasil pertanian.
Kedatangan
agama Islam ke Nusantara dibawa oleh para mubalig yang dalam menyiarkan
agamanya menggunakan metode persuasif. Mereka tidak secara drastis mengadakan
perubahan terhadap kepercayaan dan adat istiadat lama, melainkan sampai
batas-batas tertentu, memberikan toleransi, membiarkannya tetap berlangsung
dengan mengadakan modifikasi-modifikasi seperlunya.
Upacara-upacara yang dimaksudkan untuk memuja dewa laut dan dewa bumi
dibiarkannya tetap berjalan, meski sebagian penduduk itu sudah memeluk agama
Islam. Hanya saja, mantra-mantranya diganti dengan doa-doa secara Islam, dan
nama upacara disesuaikan dengana ajaran Islam, yaitu dengan istilah sedekah
laut dan sedekah bumi. Perubahan yang menyangkut aspek teologis dilakukan
secara bertahap, sehingga tidak menimbulkan gejolak sosial. Ini merupakan salah
satu metode dakwah mubalig pada masa awal kedatangan Islam di Tanah Air kita.
Sedekah
berasal dari bahasa Arab: shadaqah. Dalam pengertian khusus, kata itu
mengandung arti pemberian seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh
orang-orang muslim untuk memenuhi kepentingan seseorang atau umum dengan niat
untuk memperoleh pahala dari Tuhan. Adapun shadaqah dalam pengertian
luas, mencakup juga pemberian yang disebut zakat dan infaq.
Di Kabupaten
Rembang itu sendiri, kegiatan Upacara sedekah laut maupun sedekah bumi ini
sudah dilakukan jauh-jauh hari dan sudah menjadi budaya di masyarakat Rembang
pada khususnya.Biasanya acara sedekah laut yang diselenggarakan melarung
berbagai macam jajanan pasar, miniatur kapal laut,kepala kerbau dan berbagai
macam barang yang dipercayai akan membuat hasil laut mereka menjadi lebih
berlimpah.Jadi tidak heran jika biaya yang digunakan sangat besar.Biaya ini
biasanya hasil dari iuran warga dan mereka masih saling membantu untuk
terlaksananya upacara sedekah laut ini.Sifat gotong royong yang tidak bisa
lepas dari acara ini.
Nelayan-nelayan
di Rembang pun tidak asal dalam menangkap ikan, mereka tidak menggunakan pukat
harimau maupun bom ikan untuk menangkap ikan. Mereka masih menggunakan cara
yang tradisional dan masih bergantung pada cuaca.Sehingga ketika cuaca tidak
mendukung untuk melaut,biasanya mereka tidak pergi melaut,hanya beberapa
nelayan saja yang nekat untuk melaut.Nelayan di Rembang juga percaya jika
mereka mengadakan upacara sedekah laut ini maka hasil tangkapan mereka akan
lebih baik dari tahun sebelumnya sehingga mereka tetap menjaga kelestarian laut
tempat mereka mencari nafkah.
Sedangkan
untuk upacara sedekah bumi ini, merupakan wujud rasa syukur masyarakat atas
panen yang berlimpah di desa mereka. Biasanya mereka menyediakan makanan khas
yaitu “dumbeg”. Mereka menyediakan berbagai macam makanan untuk tamu yang
dating berkunjung ke rumah mereka.Biasanya di acara sedekah bumi ini, juga
dihadirkan tontonan seperti wayang orang , wayang kulit, pasar malam dan panjat
pinang / “jambean”.
Upacara
sedekah bumi ini juga sudah mendarah daging di masyarakat setempat.Selain itu
dalam mengerjakan sawah mereka juga masih menggunakan alat yang
tradisional.Sehingga rasa gotong royong antar penduduk di kampung / desa
tersebut masih terjalin sangat erat.Mereka juga tidak merusak tanah dengan
pemberian pupuk yang berlebihan ataupun penggunaan pestisida yang
berlebihan,karena mereka sadar kalau tanah ini yang menjadi mata pencaharian
mereka.Sehingga sebisa mungkin mereka menjaganya dengan pengetahuan yang mereka
miliki selama ini.
Dalam hal ini
jelas jika ada hubungan antara kearifan lokal dengan budaya lokal yaitu
kearifan lokal itu merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan
budaya tertentu (budaya lokal) dan menecerminkan cara hidup suatu masyarakat
tertentu (masyarakat lokal). Dan kalau budaya lokal itu merupakan suatu budaya
yang dimiliki suatu masyarakat yang menempati lokalitas atau daerah tertentu
yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat
yang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bentuk kearifan lokal yang berhubungan dengan kebudayaan di Kabupaten
Rembang itu sendiri seperti adanya upacara sedekah laut dan sedekah bumi yang
memiliki tujuan yang sama yaitu bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan
rejeki yang datang dari laut maupun dari bumi.Sehingga masyarakat di Rembang
itu sendiri merasa perlu untuk mengadakan upacara seperti ini.
Dalam hal ini, masyarakat masih memiliki rasa gotong royong yang tinggi
agar terciptanya acara sedekah laut / sedekah bumi ini.Tidak mencemari atau
menggambil yang sudah disediakan dengan berlebihan merupakan suatu hal yang
perlu untuk dicontoh pada masa sekarang ini.
B. Saran
Kearifan lokal seperti ini
hendaknya juga diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat bukan hanya di daerah
Rembang saja,namun juga masyarakat-masyarakat yang lain.Agar lingkungan kita
menjadi lebih bersahabat dengan kita.
Di sisa-sisa tenaga kearifan lokal dalam mempertahankan eksistensinya,
diperlukan suatu usaha untuk menjaganya untuk tetap berkembang dalam
masyarakat. Usaha tersebut harus disertai dengan kesadaran akan peranan
kearifan lokal yang sangat penting di dalam menghadapi permasalahan.
Pendidikan merupakan media dimana dalam proses pembelajaran ditanamkan
nilai-nilai. Dalam memberdayakan kearifan lokal dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya muatan lokal.
Sedangkan untuk menanamkan nilai-nilai kelingkungan dapat dilakukan dengan hal
yang sama maupun dengan mata pelajaran khusus, seperti pendidikan kelingkungan
hidup.
DAFTAR PUSTAKA
http://kearifan lokal masyarakat jawa dan
kelestarian lingkungan « Demotrasi.htm
http://Upacara
Sedekah Laut « RED4LIFE.htm
http://Kabupaten
Rembang - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm
http://pangasuhbumi.com/article/20582/pemulihan-lingkungan-dengan-kearifan-lokal.html
http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2010/11/22/membangun-masyarakat-madani-berbasis-kearifan-lokal-di-kabupaten-brebes/
http://rimanews.com/read/20100802/1940/mencari-kearifan-lokal-lewat-cerpen
http://tal4mbur4ng.blogspot.com/2010/07/kearifan-lokal-guna-pemecahan-masalah.html
http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2010/11/22/membangun-masyarakat-madani-berbasis-kearifan-lokal-di-kabupaten-brebes/
http://rimanews.com/read/20100802/1940/mencari-kearifan-lokal-lewat-cerpen
http://tal4mbur4ng.blogspot.com/2010/07/kearifan-lokal-guna-pemecahan-masalah.html
http://Kearifan
Lokal Masyarakat Nusantara « rramadhani.htm
ga ikut adsense
BalasHapuswww.articleplong.web.id
Tulisanny sangt bagus, kbtuln saya jg ada pnlitian di Area Rembang khususnya di Desa Pandangan. Tentang pengaruh Transformasi Sedekah Laut terhadap Kearifan Lokal (mengalami pengurangan/penambahan atw bhkn hilng). Oleh krn itu sangt MENYeNangkan jika mbak Tika brkenan mmbrikn masukn/ intrepretasinya...
BalasHapusA.ehipassiko@gmail. Com
ijin copas untuk tugas sekolah🙏🙏🙏
BalasHapus